KARYA ILMIAH REMAJA
FERMENTASI URINE SAPI
SEBAGAI PUPUK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI
PERTANIAN
Di
Susun Oleh
Abdul
Asri Saputra
178
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI I PETERNAKAN
KECAMATAN MENDO BARAT
BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2009 / 2010
LEMBAR
PENGESAHAN
Nama : Abdul Asri Saputra
NIM : 178
Guru Pembimbing : Ibu Sri Gustina, S.Pt.
Judul Penulisan :
"FERMENTASI
URINE SAPI (Bison benasus L)SEBAGAI PUPUK CAIR UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKSI PERTANIAN".
Pangkalpinang, November 2009
Disetujui Oleh:
Kepala SMK N I
Mendo Barat Kepala
Jurusan Peternakan
(Eko Rianto, SP.) (Eko
Purnomo, S.Pt.)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr,wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan
Yang Maha Esa atas terselesaikannya karya ilmiah ini yang berjudul“FERMENTASI URINE SAPI
SEBAGAI PUPUK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN”.
Dalam penulisan dan penyusunannya kami
tidak mengalami kendala yang berarti. Hal ini tidak lepas dari adanya bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada :
1.
Kedua orang tua yang
telah mendukung kami
dalam melaksanakan karya ilmiah ini
2.
Bapak Eko Rianto, SP
selaku Kepala Sekolah SMK N I Mendo Barat
3.
Bapak Eko Purnomo,
S.Pt. selaku ketua Jurusan Peternakan
4.
Ibu Sri Gustina, S.Pt.
selaku Guru Pembimbing
5.
Teman-teman
seperjuangan dan semua pihak yang tidak disebutkan satu per satu
Meskipun telah berusaha dengan segenap
kemampuan, namun kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati kami menerima adanya kritik
dan saran yang membangun dari pihak manapun demi perbaikan dimasa yang akan
datang.. Akhir kata kami ucapkan selamat membaca. Semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wr,wb.
Pangkalpinang, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii
KATA
PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR
ISI............................................................................................... iv
DAFTAR
LAMPIRAN.............................................................................. vi
ABSTRAKSI.............................................................................................. vii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................ 1
- Latar Belakang................................................................................... 1
- Pembatasan Masalah........................................................................... 2
- Permasalahan...................................................................................... 2
- Tujuan Penelitian................................................................................ 2
- Manfaat Penelitian.............................................................................. 2
BAB
II LANDASAN TEORI..................................................................... 3
BAB
III METODOLOGI.............................................................................. 12
A. Tempat dan Waktu............................................................................... 12
B. Alat dan Bahan..................................................................................... 12
C. Pelaksanaan Penelitian.......................................................................... 13
D. Hasil yang Dicapai................................................................................ 13
E. Perhitungan Biaya Wirausaha............................................................... 14
F. Sasaran Pemasaran................................................................................ 15
BAB
IV HASIL PENELITIAN.................................................................... 17
BAB V PENUTUP......................................................................................... 18
A. Kesimpulan........................................................................................... 18
B. Saran..................................................................................................... 18
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
1.
Hasil Proses Pencampuran Urine sapi
2.
Hasil Urine Sapi
3.
Lengkuas
4.
Temu Ireng
5.
Jahe
6.
Kencur
7.
Tebu
8.
Brotowali
9.
Kunyit
1.
FERMENTASI URINE SAPI SEBAGAI
PUPUK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI
PERTANIAN
Abdul Asri Saputra
Jurusan Peternakan
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Mendo Barat
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk
memenfaatkan urine sapi sebagai pupuk cair untuk meningkatkan produksi pertanian.
Penelitan ini dilaksanakan selama bulan Desember 2007, bertempat di
Laboratorium Biologi SMA Pancasila 1 Wonogiri. Komposisi bahan yang digunakan
adalah: urine sapi, lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, butrowali,
tetes tebu. Dari hasil penelitian yang dipoeroleh kesimpulan bahwa urine sapi
bisa dibuat pupuk cair dengan menambahkan bahan - bahan tambahan seperti
lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, butrowali.
Bahan - bahan tadi berfungsi untuk
menghilangkan bau urine sapi. Sedangkan untuk tetes tebu berfungsi untuk fermentasi dan
memenyuburkan mikroorhanisme yang ada didalam tanah, tetes tebu ini sendiri
mengandung bakteriSacharomyces Sereviceae yang berfungsi untuk
fermentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh bahwa urine sapi bisa
dibuat pupuk cair yang sangat menyuburkan tanaman pertanian.
Pembimbing Kepala
SMK N I Mendo Barat
Sri Gustina, S.Pt. Eko
Rianto, SP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sapi (Bison benasus L)
merupakan ternak ruminansia besar yang mempunyai banyak manfaat baik untuk
manusia ataupun tumbuhan, seperti daging, susu, kulit, tenaga dan kotoran.
Selain itu urinenya juga bisa dimanfaatkan. Urine sapi (Bison benasus L) bisa
di buat pupuk cair sebagai pestisida untuk tanaman. Penulis telah membuat pupuk
cair dan hasilnya cukup baik.
Pembuatan pupuk cair dari urine sapi (Bison
benasus L) ini sangatlah mudah dan tidak membutuhkan waktu lama serta
baik untuk tanaman dibandingkan dengan pupuk buatan pabrik. Bahan yang
digunakan untuk membuat pupuk cair ini juga mudah di dapat dan biayanya relatif
murah. Dengan adanya pembuatan pupuk cair ini masyarakat diharapkan mau mencoba
membuat dan memakinya.
Produk yang dibuat ini mempunyai
keunggulan tersendiri yaitu harganya murah, pembuatannya mudah, bahan mudah
didapat, dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Pupuk cair ini mengandung
protein yang menyuburkan tanaman dan tanah seperti padi, palawija,
sayur-sayuran, buah-buahan, bunga dan lain-lain. Produk ini berfungsi sebagai
pengusir hama tikus, wereng, walang sangit, dan penggerek serta sebagai sumber
pupuk organik.
Pembuatan pupuk cair dari urine sapi (Bison
benasus L) ini membutuhkan bahan tambahan lainnya agar urine
berkomposisis kimia yag baik. Bahan tambahan ini seperti lengkuas, kunyit, temu
ireng, jahe, kencur, brotowali, dan tetes tebu. Untuk lengkuas, kunyit, temu
ireng, jahe, kencur, brotowali maksud penambahan bahan-bahan ini untuk
menghilangkan bau urine ternak dan memberikan rasa yang tidak disukai hama.
Untuk tetes tebunya untuk fermentasi urine sapi (Bison benasusL)
dan menyuburkan mikroba yang ada di dalam tanah, karena tetes ini mengandung
bakteri Sacharomyces cereviceae. Berdasarkan uraian tersebut
penulis mengambil penelitian yang berjudul "FERMENTASI URINE SAPI (Bison benasus L)SEBAGAI PUPUK
CAIR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN".
B. Pembatasan
masalah
1.
Urine sapi yang
digunakan sapi (Bison benasus L)jantan jawa dirumah Bapak
Ridhiyanto desa Ngemplak, Kecamatan Ngadirojo
2.
Lengkuas, kunyit, temu
ireng, jahe, kencur, butrowali dibeli dipasar Ngadirojo
3.
Tetes tebu dan starter
atau bibit bakteri Sacharomycec sereviceae dibeli di Bapak
Panut sentra produksi Alkohol Bekonang
C. Permasalahan
Apakah urine sapi (Bison benasus L)
bisa dijadikan pupuk cair untuk meningkatkan produksi pertanian?
D. Tujuan
Penelitian
Untuk memanfaatkan urine sapi (Bison
benasus L) untuk dibuat pupuk cair untuk meningkatkan produksi
pertanian.
E. Manfaat
Penelitian
1. Memanfaatkan limbah petarnakan
khususnya urine sapi untuk pupuk cair
2. Meningkatkan intensifikasi
pertanian
3. Meningkatkan masyarakat untuk
berwirausaha sendiri
4. Untuk perkembangan teknologi
pertanian
BAB II
LANDASAN TEORI
Siapa bilang air kencing sapi merusak
lingkungan. Buktinya, sapi di Sumatra Barat (Sumbar), tepatnya di Kecamatan
Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Air kencing dari satu ekor sapi mamp menyuburkan
sekitar empat hektare sawah yang setiap hektarenya bisa menghasilkan enam
hingga delapan ton padi atau gabah.Air kencing, ya tetap air kecing, yang keluar
dari alat vital sapi,. Kandungan kimia urine sapi adalah N : 1,4 sampai 2,2 %,
P: 0,6 sampai 0,7%, dan K 1,6 sampai 2,1. Namun sebelum keluar dari tubuh sapi
itu, makanan sapi harus direkayasa dulu. Awalnya, hasil penemuan
yang disebut sistem pupuk organik urine sapi (kosarin), semata-mata memang
bukan untuk menyuburkan tanaman atau tumbuhan. Melainkan untuk menyuburkan
sapi. Cara menggemukkan sapi ini dengan memberikan makanan jeram dicampur garam
dan enzym Bossdext (Setiono Hadi, 2004).
Peningkatan produksi jahe di Indonesia
sangat diperlukan, yang dapat dilakukan melalui perbaikan tehnik budidaya
terutama pada fase awal pertumbuhan tanaman.Penggunaan pupuk kandang dan urin
sapi sebagai zat pengatur tumbuh diharapkan mampu memperbaiki pertumbuhan
tanaman jahe sehingga produksinya meningkat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh beberapa jenis pupuk kandang, pengaruh konsentrasi
urin sapi dan interaksi antara penggunaan beberapa macam pupuk kandang dan
konsentrasi urin sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jahe muda ( Hary
Witriyono, 1993).
Budidaya tanaman kencur di pedesaan
umumnya masih bersifat sampingan. Maka tidak heran bila kuantitas dan
kualitasnya beraneka ragam. Buku ini menyajikan cara penanaman kencur agar
dapat memperoleh hasil yang maksimal ( Rahmat Rukmana, 1994).
Brotowali adalah tanaman asli Asia
Tenggara. Di balik rasanya yang pahit,ternyatabrotowali mampu menyembuhkan
berbagai jenis penyakit, ringan dan berat, seperti diabetes mellitus,
hepatitis, rematik, dan gatal-gatal. Harapannya, dengan buku ini pembaca bisa
mengaplikasikan atau meramu sendiri resep-resep obat dari brotowali. Sebagai
pelangkap, buku ini disertai juga dengan pengalaman para penggunanya ( Budy
Kresnady, 2003).
Tetes tebu atau
istilah ilmiahnya molasses adalah produk sisa pada proses pembuatan gula. Tetes
diperoleh dari hasil pemisahan sirop low grade dimana gula dalam sirop tersebut
tidak dapat dikristalkan lagi. Pada sebuah pemrosesan gula, tetes tebu yang
dihasilkan sekitar 5 – 6 %. Walaupun masih mengandung gula, tetes sangat tidak
layak untuk dikonsumsi karena mengandung kotoran-kotoran bukan gula yang
membahayakan kesehatan. Mengingat nilai ekonomis yang masih tinggi, biasa
Pabrik Gula menjual hasil tetes tebunya ke pabrik-pabrik yang memang membutuhkan
tetes ini. Semisal contohnya : pabrik alkohol, pabrik pakan ternak dan lain
sebagainya. (Dwidjoseputro, D. 1999).
Kunyit sudah lama dikenal sebagai tanaman
untuk bumbu dapur. Selain itu, kunyit juga sudah turun temurun digunakan untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Akhir-akhir ini, kunyit juga sudah diolah
secara modern dalam skla industri sebagai bahan baku obat, kosmetik, dan
pewarna tekstil. Ramuan obat berbahan kunyit dijelaskan dalam buku ini dengan
tujuan agar pembaca dapat mengolah sendiri resep-resep tersebut ( Winarto,
2004).
Masyarakat semakin menyukai cara
pengobatan atau pencegahan gangguan kesehatan dengan bahan-bahan alami. Jahe,
Kunyit, Kencur, dan Temulawak merupakan bahan alami yang berkhasiat bagi
kesehatan. Salah satu bentuk penyajiannya adalah dengan dibuat menjadi minuman
yang cepat saji dan praktis, dengan kata lain dikemas dalam bentuk bubuk
instan. Buku ini memberikan informasi lengkap, mulai dari pengenalan
komoditasnya, peralatan, proses pembuatan, pengemasan, pemasaran, hingga analisis
usaha instan jahe, kunyit, kencur, dan temulawak ( Prastyo, 2003).
Temu-temuan dan empon-empon banyak
dimanfaatkan untuk bumbu masak, bahan minuman, bahan kosmetika, dan bahan
obat/jamu tradisional. Komoditas temu-temuan dan empon-empon saat ini tidak
hanya dikenal di dalam negeri melainkan juga di luar negeri. Dengan
demikian, komoditas ini memiliki prospek pasar yang sangat luas sehingga patut
diperhitungkan oleh para petani ataupun pemerintah karena dapat mendatangkan
pendapatan tambahan bagi petani dan devisa bagi negara. Buku ini
menyajikan aneka temu-temuan dan empon-empon, baik yang sudah dikenal oleh
masyarakat maupun yang belum, mulai dari pengenalan masing-masing komoditas,
budidaya, manfaat, dan khasiatnya (Fauzilah Muhlisin, 1999).
Lengkuas merupakan sejenis rizom dengan
kegunaan masakan dan perubatan, dan banyak digunakan di Asia Tenggara. Rupanya
hampir sama dengan halia.
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Order : Zingiberales
Famili : Zingiberacea sp
( Wikipeda.Org, 2007)
Infeksi cacing tidak selalu menimpa
anak-anak. Siapa pun bisa terinfeksi bila pola hidupnya kurang higienis. Untuk
mengusir cacing dari saluran pencernaan kita itu bisa digunakan bahan-bahan
alami di sekitar kita. Di antaranya temu ireng (hitam) atau temu giring (
Aliadi, 1996).
Tetes atau ampas tebu adalah cairan kental
sisa kristalisasi dari pabrik gula. Badek adalah bibit fermentasi ciu yang
diambil dari sisa penyulingan ciu sebelumnya. Setelah diaduk, pada permukaan
campuran bahan dasar ciu akan keluar buih. Campuran bahan dibiarkan sampai
tujuh hari sampai buih menghilang, baru siap dimasak, Bagi pembuat ciu, kalau
badek habis atau tak sanggup menghasilkan buih pada campuran bahan ciu, berarti
produksi mandek. Hasil sulingan tetes tebu biasanya mengandung alkohol 30-45
persen. Produsen ciu di Bekonang umumnya juga memproduksi alkohol 90 persen.
“Alkohol itu campuran tetes tebu yang disuling dua kali. Setelah jadi ciu,
dimasak lagi, ditambah zat kimia kostik. Jadinya alkohol 90 persen,.Dari 200
liter campuran bahan akan menghasilkan 30 liter ciu setelah melewati tiga jam
penyulingan. Kalau tetesnya bagus uapnya keluar cepat. Kalau jelek bisa empat
jam baru selesai, Ciu paling jelek kandungan alkoholnya berkisar 25 persen.
Hasil sulingan ciu berwarna agak keruh ( Taman Kembang Pete, 2006)
Wibowo (1989) menyatakan bahwa fermentasi
sering didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dari asam amino
secara anaerobik yaitu tanpa memerlukan oksigen. Karbohidrat terlebih dahulu
akan dipecah menjadi unit - unit glukosa dengan bantuan
enzim amilase dan enzim glukosidose, dengan adanya kedua enzim
tersebut maka pati akan segera terdegradasi menjadi glukosa, kemudian glukosa
tersebut oleh khamir akan diubah menjadi alkhohol.
Buckel (1987) menyatakan bahwa fermentasi
adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim. Enzim
yang berperan dapat dihasilkan oleh mikroorganisme dan interaksi yang terjadi
diantara produk dari kegiatan – kegiatan tersebut dan zat – zat yang merupakan
pembentuk bahan pangan tersebut.
Dalam dunia pertanian
ternyata urine sapi (air kencing sapi) sangat bermanfaat sekali bagi petani
karena urine sapi mengandung berbagai unsur harasehingga dapat digunakan sebagai pupuk
cair. Sebelum digunakan sebagai pupuk pertanian urine sapi ini sebaiknya di
fermentasi terlebih dahulu.(Anonimus. 1978).
Pupuk organik merupakan pupuk
dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara
yang terkandung secara alami. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan
salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah
secara aman, dalam arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari
bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman
dikonsumsi.
Salah satu hasil pemikiran
mengenai peningkatan kemampuan tanah adalah revolusi hijau yang dikembangkan di
Indonesia pada awal 1970-an atau tepatnya pada tahun 1968 dengan dikenal dengan
program BIMAS yang telah mampu mengubah sikap petani dari anti teknologi
menjadi sikap mau memanfaatkan teknologi pertanian modern, seperti pupuk kimia,
obat-obatan perlindungan dari hama dan bibit unggul. Pada dasarnya penggunaan
teknologi tersebut ditujukan untuk meningkatkan produktivitas tanah
Dari berbagai akibat penggunaan
pupuk kimia tersebut masalah yang timbul antara lain :
1) Tanaman menjadi sangat
rawan terhadap hama, meskipun produktivitasnya tinggi namun tidak memiliki
ketahanan terhadap hama,
2) Penurunan daya kreasi terhadap
petani yang diindikasikan dengan hilangnya pengetahuan lokal dalam mengelola
lahan pertanian dan ketergantungan petani terhadap paket teknologi
pertanian produk industri.
Macam Sumber Urine :
1. Urine Manusia
2. Urine Kelinci
3. Urine kambing
4. Urine Sapi dll
Potensi Urine Sapi
1. Urine sapi = 15 – 20 ltr/hari
2. Mengandung unsur mikro dan makro lengkap
Perbedaan Pupuk
1. Pupuk anorganik memiliki jumlah hara
yang tinggi
(namun
hanya memiliki jenis unsur hara
yang terbatas )
2. Pupuk organik sangat kaya jenis unsur hara (Makro dan Mikro)
(namun dalam jumlah yang sedikit.)(Guntoro,
S. 2006).
Pupuk cair alami
yang dibuat ini mempunyai keunggulan tersendiri yaitu harganya
murah,pembuatannya mudah, bahan mudah didapat, dan tidak membutuhkan waktu yang
lama. Pupuk cair ini mengandung protein yang menyuburkan tanaman dan tanah
seperti padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, bunga dan lain-lain. Produk
ini berfungsi sebagai pengusir hama tikus,wereng, walang sangit, dan penggerek
serta sebagai sumber pupuk organik.(Dartius, 1995.).
A. Fungsi dari
bahan organik
Bahan organik tanah meliputi semua jenis
lapisan tanaman dan sisa hewan. Bahan organik ini akan berganti menjadi
humus apabila telah dipisahkan menjadi komponen yang aktif di tanah. Di dalam
tanah bahan organik secara garis besarnya berfungsi sebagai fisik, kimia dan
biologi tanah. (S.C. Hsieh dan C.F. Hsieh.,1987)
Senyawa organik karbon adalah sumber
energi yang dibutuhkan organisme untuk melakukan aktivitasnya . Senyawa organik
dengan perbandingan C/N yang ada dalam tanah dapat digunakan untuk merangsang
penyebaran nutrisi yang sulit masuk ke dalam tubuh mikroorganisme karena
kekurangan nitrogen dalam tanah. Dengan perbandingan
seimbang banyak mikroorganisme yang mati dan terurai kembali menjadi
unsur-unsur nutrisi untuk kesuburan tanah (Sc Hsieh, 1990)
B. Nutrisi (
larutan pupuk)
Banyak penelitian yang telah dilakukan
terhadap urine sapi, diantaranya adalah Buckman,
H. O. dan N. C. Brady. 1982 melaporkan bahwa urine
sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur
tumbuh diantaranya adalah IAA. Lebih lanjut dijelaskan bahwa urine sapi juga
memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jagung.
Karena baunya yang khas urine ternak juga
dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman sehingga urine sapi juga dapat
berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman dari serangan (Phrimantoro, 1995).
Lingga, ( 1991) melaporkan bahwa
jenis dan kandungan hara yang terdapat pada beberapa kotoran ternak padat
dan cair dapat dilihat pada Tabel 1. berikut.
Table 1. Jenis dan kandungan zat hara pada
beberapa kotoran ternak padat dan cair
Nama ternak dan bentuk kotorannya
|
Nitrogen
(%)
|
Fosfor (%)
|
Kalium (%)
|
Air (%)
|
Kuda
–padat
|
0.55
|
0.30
|
0.40
|
75
|
Kuda –cair
|
1.40
|
0.02
|
1.60
|
90
|
Kerbau
–padat
|
0.60
|
0.30
|
0.34
|
85
|
Kerbau
–cair
|
1.00
|
0.15
|
1.50
|
92
|
Sapi
–padat
|
0.40
|
0.20
|
0.10
|
85
|
Sapi –cair
|
1.00
|
0.50
|
1.50
|
92
|
Kambing
–padat
|
0.60
|
0.30
|
0.17
|
60
|
Kambing
–cair
|
1.50
|
0.13
|
1.80
|
85
|
Domba
–padat
|
0.75
|
0.50
|
0.45
|
60
|
Domba
–cair
|
1.35
|
0.05
|
2.10
|
85
|
Babi –
padat
|
0.95
|
0.35
|
0.40
|
80
|
Babi –cair
|
0.40
|
0.10
|
0.45
|
87
|
Ayam
–padat dan cair
|
1.00
|
0.80
|
0.40
|
55
|
Sumber : Lingga, 1991
Nutrisi organik dari hasil fermentasi
sudah seimbang dalam jumlah dan komposisi unsur-unsur yang dikandung nutrisi
tersebut (Nasution,
H. F. 1997). Pada Pupuk buatan yang mengandung satu nutrisi saja bertolak belakang
dengan pupuk organik yang beragam dan seimbang seperti yang
dijelaskan dari hasil penelitian S.C. Hsieh dan C.F. Hsieh.(1987) pada
Tabel 2 berikut:
Tabel.2. Jumlah unsur hara pada kotoran
ternak.
Jenis
|
N
|
P
|
K
|
Ca
|
Hg
|
Na
|
Fe
|
Mn
|
Zn
|
Cu
|
Ni
|
Cr
|
Sapi
|
1,1
|
0,5
|
0,9
|
1,1
|
0,8
|
0,2
|
5726
|
344
|
122
|
20
|
-
|
6
|
Babi
|
1,7
|
1,4
|
0,8
|
3,8
|
0,5
|
0,2
|
1692
|
507
|
624
|
510
|
19
|
25
|
Ayam
|
2,6
|
3,1
|
2,4
|
12,7
|
0,9
|
0,7
|
1758
|
572
|
724
|
80
|
48
|
17
|
Sumber : Hsieh S.C dan C.F. Hsieh.(1987)
Nutrisi alami belum banyak dimanfaatkan
atau digunakan oleh masyarakat secara luas, sedangkan untuk pupuk telah lama
digunakan petani. Pupuk atau nutrisi ini berasal dari kotoran hewan, seperti
ayam, kambing, kerbau, kuda, babi, dan sapi. Kotoran tersebut dapat berupa
padat dan cair (urine ternak) dengan kandungan zat hara yang berlainan. Pupuk
kandang cair jarang digunakan, padahal kandungan haranya lebih banyak. Hal ini
disebabkan untuk menampung urine ternak lebih susah repot dan secara estetika
kurang baik - bau (Phrimantoro, 1995).
D. Teknologi
fermentasi.
Fermentasi merupakan aktivitas
mikroorganisme baik aerob maupun anaerob yang mampu mengubah atau
mentranspormasikan senyawa kimia ke subtrat organik
(Rahman,1989). Selanjutnya Winarno (1990) mengemukan bahwa fermentasi
dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab fermentasi pada
subtrat organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan
tersebut.
Joo. Y.H (1990). Melaporkan bahwa
teknologi fermentasi anaerob untuk skala petani telah banyak dikembangkan,
dimana hasilnya pupuk kandang dikonversikan tidak hanya dalam bentuk pupuk
organik cair yang bagus tetapi juga dalam bentuk biogas yang berenergi tinggi.
Prinsip dari fermentasi anaerob ini adalah
bahan limbah organik dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan
kondisi tertentu yaitu fermentasi anaerob.
Studi tentang jenis bakteri yang respon
untuk fermentasi anaerob telah dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada
dua tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatifyang mengkonversi
sellulola menjadi glukosa selama proses dekomposisi awal dan bakteri obligate
yang respon dalam proses dekomposisi akhir dari bahan organik yang menghasilkan
bahan yang sangat berguna dan alternatif energi pedesaaan.( Joo, 1990).
E. Fertigasi.
Cara pemupukan yang umum dilakukan adalah
disebar dipermukaan tanah, dibenam di dalam tanah, disemprot pada daun,
atau melalui air irigasi yang biasa disebut fertigasi (Sugeng,
Y. B. 1998). Cara terakhir dipandang lebih efisien
mengingat pemupukan dengan cara ditebar dipermukaan tanah ternyata banyak
terbuang dan pembenaman pupuk padatan memerlukan lebih banyak air dan waktu
untuk dapat diserap tanaman.
Fertigasi banyak dikembangkan melalui
sistem irigasi curah, irigasi pancaran dan irigasi tetes dengan hasil yang
memuaskan, yakni dapat menghemat pupuk, tenaga, dan jumlah serta waktu
pemberian dapat disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi.
BAB III
METODOLOGI
A. Tempat
dan Waktu
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium SMK Negeri I Mendo Barat.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan 2 minggu
selama bulan November.
B. Alat dan
Bahan
1. Alat yang digunakan
No
|
Nama alat
|
Jumlah
|
1
|
Ember
|
1 buah
|
2
|
Pengaduk
|
1 buah
|
3
|
Saringan
|
1 buah
|
4
|
Botol Bekas
|
5 buah
|
5
|
Bakcer Glass
|
1 buah
|
6
|
Drum Plastik
|
1 buah
|
2. Bahan yang digunakan
No
|
Nama Bahan
|
Jumlah
|
Satuan
|
1
|
Urine Sapi (Bison benasus L)
|
10
|
Liter
|
2
|
Lengkuas
|
2
|
Ons
|
3
|
Kunyit
|
2
|
Ons
|
4
|
Temu ireng
|
2
|
Ons
|
5
|
Jahe
|
2
|
Ons
|
6
|
Kencur
|
2
|
Ons
|
7
|
Brotowali
|
2
|
Ons
|
8
|
Tetes tebu/bibit bakteri
|
0.5
|
Liter
|
C. Pelaksanaan
Penelitian
1. Urine sapi (Bison benasus L)
di tampung dan dimasukkna ke dalam drum plastik
2. Lengkuas, kunyit, temu ireng,
jahe, kencur, brotowali, ditumbuk sampai halus kemudian dimasukkan ke dalam
drum plastik, maksud penambahan bahan-bahan ini untuk menghilangkan bau urine
ternak dan memberikan rasa yang tidak disukai hama.
3. Setelah itu tetes tebu dimasukkan
kedalam drum plastik, lalu dimasukkan starter Sacharomyces cereviceae.
Tetes tebu dan starter Sacharomyces cereviceae ini berguna
untuk fermentasi dan nantinya setelah jadi pupuk cair bisa menambah jumlah
mikroba menguntungkan yang ada didalam tanaah.
4. Fermentasi urine didiamkan selama
14 hari dan diaduk setiap setiap hari.
5. Drum plastik ditutup dengan kain
serbet atau kertas.
6. Setelah 14 hari pupuk cair sudah
jadi kemudian disaring dan dikemas.
D. Hasil
yang dicapai
Setelah pembuatan pupuk cair selesai
hasilnya bagus. Urine sapi (Bison benasus L) sebelum difermentasi
warnanya coklat kekuning-kuningan, baunya masih berbau urine, tetapi setelah
difermentasi warnanya berubah menjadi coklat kehitam-hitaman, dan sudah tidak
berbau urine. Penulis sudah mencobakan pada tanaman sayur dan bunga ternyata
bagus. Tanaman sayuran dan bunga yang telah diberi pupuk cair ini menjadi lebih
subur, daunnuya kelihatan segar dan hijau serta ulat yang menghinggapinya
hilang. Pupuk cair ini juga dapat meningkatkan keuntungan pertanian serta
memberikan keuntungan bagi kita.
E. Perhitungan Biaya Wirausaha
1.Pengeluaran
NO
|
Uraian
|
Jumlah
|
Harga
|
|
Per
satuan
|
Total
|
|||
A
|
Bahan
|
|||
1
|
Urine sapi
(Bison benasus L)
|
10 Liter
|
Rp. 1000
|
Rp. 10.000
|
2
|
Lengkuas
|
2 Ons
|
Rp. 750
|
Rp.1.500
|
3
|
Kunyit
|
2 Ons
|
Rp. 750
|
Rp.1.500
|
4
|
Temu ireng
|
2 Ons
|
Rp. 750
|
Rp.1.500
|
5
|
Jahe
|
2 Ons
|
Rp. 750
|
Rp.1.500
|
6
|
Kencur
|
2 Ons
|
Rp. 750
|
Rp.1.500
|
7
|
Butrowali
|
2 Ons
|
Rp. 500
|
Rp.1.000
|
8
|
Tetes/starterSacharomyces
cereviceae
|
0,5 Liter
|
Rp. 2.000
|
Rp . 1.000
|
Total
Bahan
|
Rp. 19.500
|
|||
B
|
Alat
|
|||
1
|
Drum Plastik
|
1 buah
|
Rp. 10.000
|
Rp. 10.000
|
2
|
Saringan
|
1 buah
|
Rp. 2.000
|
Rp. 2.000
|
3
|
Botol
bekas
|
5 buah
|
Rp. 100
|
Rp. 500
|
4
|
Ember
|
1 buah
|
Rp. 3.000
|
Rp. 3.000
|
Total Alat
|
Rp. 15.500
|
Pengeluaran Total
1. Bahan : Rp. 19.500
2. Alat : Rp. 15.500
3. Tenaga kerja : Rp. 15.000
4. Biaya Pemasaran : Rp. 10.000 +
Total : Rp. 50.000
Pemasukan
1. Jual pupuk cair 10 liter X Rp.
10.000 = 100.000
Keuntungan = Pemasukan - Pengeluaran
= Rp. 100.000 – 50.000 = Rp. 50.000
F. Sasaran
Pemasaran
Dalam pembuatan pupuk cair yang bahan dasarnya
urine sapi (Bison benasus L) ini yang menjadi sasaran adalah
masyarakat khususnya petani dan pengusaha peternakan, karena pupuk cair ini
bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dari hasil analisa laboratorium terhadap
sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi dapat dilihat pada Tabel 3
berikut :
Tabel 3. Beberapa sifat urine sapi
sebelum dan sesudah difermentasi.
.pH
|
N
|
P
|
K
|
Ca
|
Na
|
Fe
|
Mn
|
Zn
|
Cu
|
Warna
|
Bau
|
|
Sebelum
ferm.
|
7,2
|
1,1
|
0,5
|
0,9
|
1,1
|
0,2
|
3726
|
300
|
101
|
18
|
Kuning
|
Menyengat
|
Sesudah
ferm.
|
8,7
|
2,7
|
2,4
|
3,8
|
5,8
|
7,2
|
7692
|
507
|
624
|
510
|
Hitam
|
Kurang
|
Sumber : Pengamatan langsung (2009).
Terlihat bahwa adanya peningkatan
kandungan unsur-unsur kimia yang ada dalam urine sapi yang difermentasi bila
dibandingkan dengan yang belum difermentasi.
Karena tanaman biasanya akan efektif
memanfaatkan atau menyerap unsur dalam kisaran pH yang netral, maka
nutrisi / urine sapi hasil fermentasi kemudian di encerkan dengan menggunakan
air dengan perbandingan 1: 1000. Hasil pengenceran digunakan untuk mengairi
tanaman, kemudian hasil pertumbuhan tanaman tomat yang ditanam dapat dilihat
pada Tabel 4. berikut :
Tabel 4 Pertumbuhan tanaman dan
produksi tomat yang di nutrisi dengan Urine sapi yang telah difermentasi.
Tinggi
tanaman
Minggu ke
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
Produksi
Total
|
Perlakuan
|
( cm)
|
(kg/tan)
|
||||
Tanpa urine
|
5,6
|
9,4
|
15
|
22,3
|
47,2
|
2,8
|
Dengan Urine
|
5,4
|
8,7
|
18,3
|
29,7
|
68,3
|
3,4
|
Sumber : Pengamatan langsung (2003).
Dari Pengamatan terhadap tinggi tanaman
pada awal pertumbuhan terlihat sedikit tertinggal dari yang tampa diberi urine
tetapi pada minggu ke III sampai produksi malahan pertumbuhan tanaman menjadi
lebih cepat hal ini disebabkan karena perkembangan perakaran tanaman sudah
lebih sempurna begitu juga terhadap penyerapan nutrisinya.
Terhadap produksi tanaman juga melihatkan
adanya perbedaan yang cukup baik dimana adanya peningkatan produksi pertanaman
sebanyak 21,4 %
Dari hasil penelitian didapat bahwa urine
sapi yang telah difermentasi dapat digunakan sebagai nutrisi tanaman sebagai
alternatif penganti pupuk buatan yang semakin hari semakin tinggi harganya
sehingga petani tidak mampu lagi untuk membelinya. Kendala yang ditemui dalam
pembuatan nutrisi ini adalah proses pengambilan urine dari sapi, karena tidak
semua sapi jinak atau mau diperlakukan. Demikian juga dengan masalah bau yang
ditimbulkannya merupakan masalah tersendiri pula dari segi estetika. Untuk itu
diperlukan upaya lain untuk mengatasinya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam menyusun lapora ini penulis memperoleh kesimpulan:
1. Limbah cair peternakan khususnya urine sapi (Bison benasusL)
dapat digunakan sebagai pupuk cair dengan menambahkan bahan tambahan didalamnya
seperti lengkuas, kunyit, temuireng, jahe, kencur, brotowali, tetes tebu dan
starter Sacharomyces cereviceae.
2. Dengan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini
mesyarakat dapat memanfaatkan limbah urine sapi (Bison benasus L)
dari peternakan sapi (Bison benasus L).
3. Dengan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini
masyarakat dapat meningkatkan penghasilan dan dapat berwirausaha
B. Saran
1. Harus ditingkatkan pengetahuan bioteknologi kita biar dapat
menghasilkan produk baru yang bermanfaat bagi manusia.
2. Harus ada pembinaan Karya Ilmiah Remaja di SMA Pancasila 1 Wonogiri
secara berkelanjutan, untuk meningkatkan Ilmu pengetahuan.
3. Fasilitas LAB IPA khususnya Biologi perlu dilengkapi, sehinggha
dalam praktek bisa berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Aliadi. 1996. Tanaman Obat Peliharaan. Sidowayah. Jakarta
Buckle, 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia press
Hadi, Setiono. 2004. Urine Sapi Bangkitkan Harapan Petani,
Bogor.
Kresnady, Budy. 2003. Si Pait Yang Menyembuhkan.
Agromedia Pustaka. Jakarta
Muhlisah, Fauziah. 1999. Temu-temuan dan Empon- Empon Budi
Daya dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.
Prastyo. 2003. Teknologi Tepat Guna Instan. Kanisius.
Yogyakarta
Rukmana Rahmat. 1994. Kencur. Kanisius.
Yogyakarta
Wibowo. 1989. Biokimia Pangan dan Gizi. Yogyakarta: UGM Press.
Winarto, Ir. 2004. Khasiat dan Manfaat Kunyit.
Agromedia Pustaka. Jakarta
Witriyono Harry, 1993. Peningkatan Produksi Jahe. Yogyakarta
. 2007. Lengkuas. Wikipeda, Org. 2006. Bangsa
Penenggak Arak. Taman Kembang Pete. Jakarta.
Hsieh, S. C. and C. F. Hsieh. 1987.
International seminal on the use of organic fertilizers production. Rural
Development Administration (RDA), Taiwan.
Lingga,
Pinus. 1991. Pupuk dan Cara Memupuk.
Kanisius, Jakarta.
Joo. Y.H .1990. Peningkatan
Produksi Tanaman. Yogyakarta
Primantoro. 1995. Urine Sapi
Bangkitkan Harapan Petani, Bogor.
Rahman. 1989. Teknologi
Tepat Guna Instan. Kanisius. Yogyakarta
S.C.Hsieh dan C.F.Hsieh. 1987. Ilmu
Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia press
Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan Soegiman).
Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Nasution,
H. F. 1997. Dasar Peternakan.
FP-USU, Medan.
Sugeng,
Y. B. 1998. Beternak Sapi Potong.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonimus.
1978. Penuntun Pembuatan Padang
Penggembalaan (Hijauan Makanan Ternak). Direktorat Bina Produksi
Peternakan, DirJen Peternakan Jakarta.
Guntoro, S. 2006. Leaftet ”Teknik Produksi dan Aplikasi Pupuk Organik Cair dari Limbah Ternak”.
Kerjasama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dengan Bappeda Provinsi
Bali.
Dwidjoseputro, D. 1999. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Dartius,
1995. Fisiologi Tumbuhan.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
c
BalasHapus